BANTEN – Jam’iyah Thariqah Syadziliyah mengadakan acara halal bi halal dan Milad ke-851 Syekh Abu Hasan Asy-Syadzili pada 8 Syawal 1444 H di Kampung Cikeusik, Malingping, Banten. Acara tersebut diselenggarakan oleh Majelis Al Ma’arijul Wathon dengan melibatkan para ulama, tokoh dan masyarakat setempat. Majelis Al Ma’arijul Wathon juga mengundang Ketua MWC (Majelis Musyawarah Cabang) Nahdlatul Ulama yang dihadiri KH. Usep Saepudin.
“Islam harus bersatu dengan pemerintah untuk menjaga Kesatuan Negara Republik Indonesia,” dalam ceramah KH. Hudi Nurhudiyat, S.H., S.Ag., M.H., Guru Mursyid Tarekat Syadziliyah, Malingping, Banten, Rabu (3/5)
Guru Mursyid Syadziliyah, KH. Hudi Nurhudiyat, S.Ag, S.H., M.H. menambahkan, penamaan Milad tersebut dengan tujuan untuk mentauladani kehidupan dan akhlak Syekh Abu Hasan Asy-Syadzili sebagaimana juga kepada Maulid Nabi Muhammad SAW. Karena itu, Syadziliyah tidak memeringati Haul karena dalam kematian tidak bisa mengambil pelajaran.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Syekh Hudi Nurhudiyat juga menjelaskan bahwa seseorang tidak memudah-mudahkan mengaku dirinya waliyullah hanya dengan mengandalkan ciri wali sebagaimana yang diterangkan dalam kitabiyah lalu menyamakan ciri tersebut dengan kondisi pribadi seseorang yang mengaku diri wali. Dalam hal ini, yang diperlukan bukan pengakuan diri wali namun setiap hamba berupaya setiap hamba harus berupaya mendekatkan diri kepada Allah dengan amal saleh.
Menurut Ketua Mawaqop Talas Merah Chaidar Widodo Chudori, S.Sos., M.Hum., Tarekat Syadziliyah tidak melaksanakan acara Haul sebagaimana lazimnya di tarekat lain karena pendekatannya mengikuti acara Maulid Nabi. Namun menurut Widodo, substansinya sama saja yakni dalam upaya taqarub kepada Allah.
“Mau itu Milad atau Haul sebetulnya sama saja, yakni untuk mengenang perjuangan seorang Waliyullah yang mendirikan tarekat. Semuanya juga baik. Namun kebetulan saja di Tarekat kami biasanya menggunakan Milad dan bukan Haul,” jelas Widodo Chudori yang juga dosen di Universitas Mathla’ul Anwar tersebut.
Sementara Uyeng Saepul Rohman, Ketua Nahdlat Bandung Jawa Barat Nusantara (NBJBN), sekaligus Ketua Al Ma’arij Wathon, sebagai wadah Majelis Syadziliyah tersebut menjelaskan, penamaan Milad dengan alasan bahwa Waliyullah tidak mati. “Mereka semua hidup walau pun bukan di dunia karenanya istilah Milad bagi Kami lebih tepat,” Ungkap Uyeng. (Red)