Jepara- Bersamaan dengan pengajian umum memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan di halaman makam Kyai Ronggo Mulyo di Kelurahan Ujungbatu, Jepara juga diselenggarakan haul tokoh yang diyakini merupakan salah satu cikal bakal kelurahan tersebut.
Muidloh khasanah disampaikan oleh Kyai Ahmad Fatur Rozak dari Damarjati. “Peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad yang diselenggarakan bersamaan dengan peringatan kematian Kyai Ronggo Mulyo ini adalah tradisi yang baik, ” ujar Kyai Fatur Rozak.
Kekuatan Kultural Ujungbatu
Pengantar: Haul pada umumnya dimaknai sebagai peringatan hari kematian atau wafatnya seseorang yang dilakukan satu tahun sekali. Tujuannya mendoakan ahli kubur agar semua amal ibadah yang dilakukan diterima Allah sekaligus mengenang keteladanan, labuh labet semasa hidupnya
Lomban kekuatan kultural
Pesta Lomba Jepara tidak bisa dilepaskan dari Mbah Ronggo Mulyo dan Encik Lanang. Sebab kedua tokoh inilah yang sudah menyelamatkan dua pejabat kabupaten Jepara yang nyaris tenggelam karena amukan badai saat perahu mereka sedang berlayar menuju Karimunjawa.
Peristiwa tahun 1855 itulah yang kemudian disyukuri oleh dua pejabat kabupaten itu. Salah satunya dengan melarung sesaji ketengah lautan sebagai ungkapan rasa syukur sebab mereka bisa kembali kedaratan dengan selamat. Tentu atas seijin dan restu Adipati Citrosomo VII yang saat itu menjadi adipati Jepara.
Syukuran itu kemudian terus berlanjut setiap tahun. Bahkan kemudian mereka memilih waktu untuk larungan yaitu tujuh hari setelah Hari Raya Idul Fitri. Kuat dugaan larungan pertama kali diadakan adalah setelah Hari Raya Idul Fitri 1303 H, 1855 M saat kedua pejabat tersebut nyaris tenggelam. Ucapan syukur dua pejabat tersebut kemudian terus dilakukan setiap tahun
Bahkan kemudian pada 1868, atau 13 tahun kemudian telah menjadi acara yang menarik dan ramai, sebagaimana ditulis dalam Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië (TNI) atau Jurnal Hindia Belanda yang terbit pada tahun 1868. Judul artikel ini adalah Het Loemban Feest Te Japara atau Kegiatan pada Lomban di Jepara.
Jurnal ini juga menyebutkan, pesta lomban yang berasal dari Jepara tidak pernah terdengar di tempat lain. Artinya bahwa pada tahun 1868, Pesta lomban di Jepara adalah satu-satunya pesta lomban di pesisir pantai Jawa.
Sejak tahun 1920 saat H. Sidiq menjadi menjadi Petinggi lomban dikembangkan dengan larungan kepala kerbau.

Siapa Mbah Ronggo ?
Berdasarkan cerita tutur masyarakat Ujungbatu dan bahkan Jepara, Mbah Ronggo diyakini sebagai salah satu pimpinan pasukan Pangeran Diponegoro yang mengasingkan diri ke Jepara setelah Pangeran Diponegoro ditangkap tahun 1930.
Bersama putrinya, ia tiba di Jepara sekitar tahun 1931. Ia memilih tinggal di Jepara, sebab ia memiliki sejumlah kerabat yang tinggal di kota ini saat Mataram berkuasa. Ia kemudian dikenal sebagai Mbah Ronggo Mulyo. Ikut dalam rombongan Mbah Ronggo sejumlah prajurit dari Mataram.
Karena itu di Jepara terdapat sejumlah makam tua. Di Desa Mulyoharjo juga ada makam Mbah Mataram. Sedangkan di Kaliombo Pecangaan ada Makam Ronggo Joyo Kusumo. Juga ada Makam Mbah Klambu di Bukit Kayu Mulyoharjo serta Ronggo Wangi di Pengkol.
Juga ada makam Senopati di Mindahan,Makam Mbah Singo di Pakis Aji
Konon Mbah Ronggo bersama putrinya tinggal tidak jauh dari pelabuhan Jepara. Ia memilih membangun rumah di sebelah utara Benteng Jepara. Disamping itu ia juga membuat sumur tidak jauh dari rumahnya. “Sumur yang saat ini dikenal sebagai sumur Mbah Ronggo itu airnya tawar.
Sumur Mbah Ronggo ini sampai sekarang dinilai memiliki kekuatan mistis. “Banyak orang yang setelah menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan Jepara, sebelum pulang kerumah mereka membersihkan diri dulu di sumur Mbah Ronggo. Harapannya mereka tidak lagi mengulang kesalahannya dan juga memohon kekuatan agar dijauhkan dari godaan
Sifatnya Mbah Ronggo sangat baik dan suka menolong. Disamping itu beliau juga dikenal memiliki “kadigdayan linuwih” hingga daerah sekitar Teluk Jepara sangat aman karena tidak ada orang yang berani berbuat jahat.
Masyarakat Ujungbatu juga menyakini jika Mbah Ronggo juga memiliki peran dalam mensyiarkan Islam di daerah pesisir.
Di Makam Mbah Ronggo setiap malam Jumat Wage dan Jumat Wage juga ada ritual khusus masyarakat Ujungbatu. Sebab masyarakat meyakini beliau adalah salah satu tokoh dan cikal bakal Ujungbatu.
(Hadi Priyanto/Yusron)
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT